Friday, February 20, 2009

ARSITEKTUR ISLAM

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa ajaran Islam tidak menggariskan ketentuan-ketentuan tertentu tentang bangunan. Tentang penggunaan kubah atau menara adzan (minarets) tidak lebih dari sekedar penyelesaian struktural.

Namun kita juga meyakini bahwa Islam adalah agama yang bersifat syumuliah yaitu bersifat menyeluruh, selama ini kita meyakini bahwa Islam merupakan agama yang sesuai dengan fitrah manusia. sistem dalam Islam adalah lengkap dan sempurna, dari aspek ekonomi, hukum dan sosial serta etika tidak luput dari aturan Islam.


Arsitektur Islam itu adalah arsitektur yang di dalamnya nilai Islam diterapkan, seperti nilai penghambaan terhadap Allah melalui desain bangunan, nilai kesederhanaan, nilai keadilan, nilai pengakuan terhadap hak orang lain, dan nilai-nilai Islam yang ada.

Arsitektur Islam adalah arsitektur yang berangkat dari konsep pemikiran Islam. Inti dari ajaran Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadist, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Arsitektur Islam juga memiliki inti yang sama. Dalam kategori ini arsitektur Islam yang dimaksud tidak terkait atau terikat dengan suatu zaman atau periode tertentu atau kaum tertentu, jadi dapat dikatakan arsitektur Islam adalah abadi dan borderless atau tidak terbatas pada daerah tertentu, bagi kaum tertentu.

Arsitektur Islam sebagai cerminan budaya sosio cultural ummah (masyarakat Islam) yang tengah berkembang pada periode waktu dan tempat yang tertentu (selanjutnya kita sebut arsitektur budaya Islam). ada beberapa faktor yang mempengaruhi corak arsitektur bidaya Islam diantaranya periode kebudayaan, teknologi, dan iklim setempat. Islam telah mengalami banyak periode kebudayaan. Disaat Islam masih baru berkembang di Arab, kebudayaan Arab banyak memberikan corak dalam arsitektur Islam, kemudian ketika kekhalifahan menguasai Andalusia, corak kebudayaan setempat turut memberikan warna pada arsitektur Islam. demikian pula ketika Islam berkembang di daerah daerah lain di seluruh dunia, Indonesia contohnya sintesa dengan budaya jawa melahirkan corak arsitektur yang berbeda pula. Begitu pula dengan pengaruh letak geografis dan iklim pada bangunan arsitektur Islam setempat. Di Arab bangunan menggunakan dinding yang tebal dan bentuk yang relative sederhana (kotak) ini adalah proses adaptasi terhadap iklim gurun yang memiliki perbedaan temperatur yang sangat ekstrim antara waktu siang dan malam harinya. Lain di Arab lain pula di Asia Tenggara, untuk mengantisipasi air hujan rumah-rumah menggunakan atap miring untuk mengalirkan air hujan. Bukaan-bukaan yang besar untuk mengalirkan udara ke dalam ruangan, dsb.

Jadi meskipun ada pendapat yang mengatakan bahwa kubah bukan merupakan bagian dari syariat, namun kita harus dapat tetap menghargai dan tidak menolak mentah-mentah penggunaan kubah. Karena bagaimana pun juga hal tersebut telah menjadi warisan dari kebudayaan Islam. dan sedikit banyak telah menjadi salah satu identitas dari arsitektur budaya Islam.

Islam adalah agama rahmatan lil alamin, rahmat bagi sekalian alam. Seorang muslim harus dapat menjadi lentera yang dapat menyinari sekitar nya. Begitu pula dengan konsep Islam, konsep Islam dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyakat kita. Islam juga mengatur hubungan untuk saling menghormati dengan penganut agama lain dan menjamin kepentingannya.

Terkait dengan bidang arsitektural, menurut saya konsep arsitekur Islam tidak hanya terbatas pada bangunan-bangunan yang bersifat religius saja tetapi dapat pula diterapkan di bangunan-bangunan lainnya seperti fasilitas umum. Dengan mengangkat isu isu syariah yang berkaitan dengan aspek dari kegiatan masyarakat di tempat tersebut.

Sebagai contoh sebuah pasar, Islam tidak mengatur secara eksplist tentang bagaimana seharusnya pasar harus dibangun, kelengkapan apa saja yang harus ada dalam sebuah pasar, atau corak-corak arsitektural apa yang harus ada dalam sebuah pasar. Tapi disamping itu Islam mengatur dengan lengkap tentang adab jual beli, prinsip-prinsip perdagangan, keadilan dsb. Nah dari prinsip-prinsip tersebut kita rumuskan suatu konsep yang dapat mengarahkan masyarakat menuju kepada prinsip-prinsip tersebut.

Dari sini kita belajar untuk menerapkan konsep arsitektur yang mempengaruhi prilaku. Dengan desain yang kita suguhkan, diharapkan dapat membimbing masyarakat untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Al Hadits.

Memang hal ini membutuhkan kerja keras yang masih panjang. Masih banyak tempat yang tersedia untuk mengkaji literatur Islam terutama Al-Qur’an dan Al-Hadits untuk kemudian menuangkannya dalam teori-teori arsitektur Islam.

Arsitektur Islam dapat juga dinyatakan sebagai manifestasi fisik dari adaptasi yang harmonis antara ajaran Islam dengan bentuk-bentuk lokal. Oleh karena itu, Arsitektur Islam bisa amat kaya akan ragam dan jenisnya sebagaimana yang diungkapkan arsitek Muslim Turki Dogan Kuban bahwa tidak ada homogenitas dan kesatuan dalam bentuk dari apa yang disebut Arsitektur Islam.

Banyak orang muslim dan non muslim yang meragukan fakta bahwa Islam sedikit banyak mempunyai hubungan dengan arsitektur. Keraguan mereka itu disebabkan karena mereka tidak tahu atau keliru, atau karena kedua-duanya (tidak tahu dan keliru). Pertama, pihak yang tidak tahu, orang-orang muslim yang tidak menyadari bahwa :

1. Di seluruh Dunia Islam, kesatuan arsitektural merupakan satu segi dari kesatuan umat dibawah Islam. Sebelum kedatangan Islam, kesatuan arsitektural belum ada. Sebelumnya, gaya arsitektur dimana-mana saling berbeda. Kesatuan gaya justru muncul bersama Islam, yaitu : saat arsitektur khas Islam mulai mendominasi, dengan memperbolehkan munculnya variasi-variasi untuk hal non-esensial, sehingga gaya tersebut bisa menyesuaikan diri dengan iklim setempat, serta hal-hal istimewa peninggalan nenek moyang atau pakem adat istiadat.

2. Karakteristik gaya-gaya arsitektur yang terdapat di seluruh Dunia Islam dilengkapi dan diilhami oleh Islam. Seluruh standar arsitektural tepat guna pertama-tama diterapkan di Madinah, Baitul Maqdis, Dimasyq, Qayrawan, dan Baghdad, lalu menyebar ke seluruh Dunia Islam, seiring perkembangan dan penyebaran agama Islam.

3. Seperti halnya cabang seni rupa lain, arsitektur merupakan ekspresi keindahan umat Islam, sesuai dengan keunikan serta perbedaan pandangan mereka terhadap realitas, ruang, waktu, sejarah, sikap personal, serta hubungan organiknya dengan ummah. Islam merupakan agama yang lengkap dan sangat komprehensif, baik pandangan hidup maupun kebendaannya. Pengaruh Islam meresap ke seluruh sendi kehidupan. Islam mengatur cara berpakaian, makan, istirahat, bermuamalah, bahkan bersantai atau rekreasi. Tentu saja hal itu sangat mempengaruhi, sangat menentukan kebiasaan manusia. Meskipun faktanya standar arsitektur Islam sepertinya hanya berlaku dalam pembangunan masjid ( dalam hal pemilihan dekorasi, desain atap, kerajinan kayu, sistem penerangan, corak permadani), namun bisa ditelusuri bahwasanya pola dasar tersebut mempengaruhi seluruh gaya arsitektur Islami.

Kedua, pihak yang berpandangan keliru, yaitu kaum muslimin serta para orientalis yang teguh pada tesis : Tak ada hubungan antara Islam dan arsitektur? Menurut mereka, Islam hanya mengatur masalah peribadatan saja. Kelompok sekuler tersebut memandang Islam tidak dapat menentukan hal-hal yang berada diluar daerah religi (ibadat hubungan personal dengan Tuhan). Mereka membagi kehidupan menjadi dua : kehidupan religius dan kehidupan sekuler, sebagaimana tradisional Kristen memisahkan kerajaan Tuhan dan Kaisar, sehingga terjadi pemisahan kehidupan gereja dan negara. Mereka (kelompok sekuler) mengetahui bahwa ajaran Islam itu lengkap dan meliputi seluruh sendi kehidupan. Mereka sengaja berusaha untuk melemahkan hukum Islam, agar pengaruh-pengaruh keIslaman yang memang universal dan berjangkauan luas bisa ditekan sedemikian rupa. Tampaknya mereka takut hukum Islam menyentuh hukum agama atau undang-undang sekuler mereka, sampai mencampuri etika berpikir serta estetika keseniannya. Kaum subversifpun mencoba menyingkirkan Islam dari kancah kegiatan manusia, dengan mengusung gagasan baru yang tidak Islami, seperti: nasionalisme, kristenisasi, westernisasi, dan komunisme. Faktor gagasan baru tersebut berupaya menyimpangkan arsitektur sebagai ekspresi aspirasi manusia tertinggi dan termulia. Akhirnya, faktor-faktor itupun mengubah orientasi arsitektur menjadi hanya sebatas pengisi kebutuhan dasar dan kegunaan, atau menghubungkan tema-tema arsitektur dengan unsur alam- sejenis penyembahan berhala dari neo-Hellenisme- sebagai usaha peniruan secara membabi-buta terhadap Barat modern.

Thursday, February 19, 2009

Konsep dalam Arsitektur

Konsep adalah gagasan yang memadukan berbagai unsur ke dalam suatu kesatuan. Dalam arsitektur, suatu konsep mengemukakan suatu cara khusus bahwa syarat-syarat suatu rencana, konteks, dan keyakinan dapat digabungkan bersama. Suatu konsep harus mengandung kelayakan, ia menunjang maksud-maksud dan cita-cita pokok suatu proyek dan memperhatikan karakteristik-karakteristik dan keterbatasan-keterbatasan yang khas dari setiap proyek.

Gagasan arsitektur adalah konsep yang telah disederhanakan menjadi soal arsitektonis formal seperti siang hari, ruang, urutan ruang, integrasi struktur dan bentuk, dan penapakan (siting) dalam bentuk alam.

Suatu tema adalah suatu pola atau gagasan spesifik yang berulang di seluruh rancangan suatu proyek.

Gagasan superorganisasi mengacu kepada konfigurasi geometris umum atau hirarki yang harus diperhatikan oleh bagian-bagian suatu proyek. Suatu gagasan superorganisasi memungkinkan variasi pola di antara bagian-bagian, hanya selama mereka memperkuat pola keseluruhan. Tujuan gagasan superorganisasi adalah untuk memberi cukup struktur bagi pola sedemikian rupa sehingga masing-masing bagian dapat dikembangkan dengan keistimewaan-keistimewaannya sendiri dan masih menunjang keseluruhannya.

Parti (skema) dan esquisse (sketsa) adalah produk menurut konsep dan grafik dari suatu metode pengajaran khusus, metode ini menghendaki agar dapat mengembangkan kecakapan konseptual sampai suatu tingkat yang tinggi.

Terjemahan harafiah adalah tujuan guna mengembangkan suatu konsep dan diagram yang dapat menjadi rencana yang disederhanakan untuk proyek yang bersangkutan.

Menurut Barnes: “Sebuah bangunan harus memiliki gagasan kuat yang lebih bersifat arsitektur daripada seni patung atau seni lukis- gagasan yang berhubungan dengan kegiatan dalam bangunan… Bila seorang arsitek bertanya pada arsitek lain: ‘Jenis bangunan apa yang sedang Anda buat?’ orang harus segera dapat menarik abstraks, atau diagram, dari gagasan arsiteknya.


KONSEP DAN RANCANGAN ARSITEKTUR

Perumusan konsep bukanlah merupakan suatu kegiatan yang otomatis. Ia memerlukan upaya yang terpusat untuk membuat suatu konsep yang secara layak memadukan hal-hal yang tidak dipersatukan sebelumnya. Perumusan konsep adalah suatu kegiatan yang tidak biasa bagi kebanyakan orang, dan para mahasiswa arsitektur mengalami banyak kesulitan untuk menguasainya seperti juga dalam aspek-aspek perancangan yang lain. Tiga masalah merintangi pengembangan keahlian dalam membuat konsep. Rintangan itu meliputi tentang masalah komunikasi, kekurangan pengalaman, dan pembangkitan hirarki.

Masalah komunikasi yang paling sulit bukanlah menjelaskan konsep kita kepada orang lain, melainkan dalam menjelaskan gagasan kita kepada diri sendiri. Masalah lain yang mempengaruhi perumusan konsep adalah komunikasi grafis. Ironisnya, banyak mahasiswa yang ragu-ragu membuat sketsa sebagai bagian dari proses mereka dalam mengembangkan konsep.

Masalah yang kedua, merupakan perluasan dari masalah yang pertama. Karena banyak bangunan yang dibuat tanpa menggunakan konsep, dan hampir semua kritikus dan banyak arsitek menghindarkan menulis tentang ini, relatif mudahlah bagi seorang peracang yang baru mulai untuk menjadi tidak berhasrat pada konsep-konsep dan tidak memahami peranan yang mereka mainkan dalam perancangan bangunan.

Masalah ketiga, dapat disederhanakan sebagai masalah mengidentifikasi hirarki-hirarki yang tepat. Arsitek harus sanggup membuat penilaian yang membedakan. Pemahaman akan hubungan-hubungan antara gagasan, wawasan, dan konsep dapat membantu memecahkan ketiga masalah tersebut.

Gagasan adalah pemikiran nyata yang spesifik yang kita miliki sebagai hasil pemahaman, pengertian, atau pengamatan. Bangunan dan rancangan bangunan terdiri dari banyak keputusan kecil, dan keahlian harus dikembangkan dalam menimbulkan gagasan-gagasan dan konsep-konsep yang tanggap terhadap berbagai keragaman persoalan yang muncul.

Wawasan adalah gagasan yang dianggap tidak penting, namun selalu masih terdapat kemungkinan bahwa ada suatu dasar kebenaran yang penting yang tersembunyi bahkan dalam setiap ucapan yang fasih. Dalam arsitektur, suatu konsep yang tepat untuk suatu proyek mungkin terus-menerus menolak artikulasi, dan mungkin perlu untuk menciptakan wawasan sebagai suatu langkah dalam merumuskan suatu konsep yang tepak, baik sebagai suatu teknik kunci dan siasat tekan harga jual rumah maupun sebagai akibat mutlak dari kekurangan pengalaman dalam perancangan dan perumusan konsep.

Konsep serupa dengan gagasan, dalam arti keduanya merupakan pemikiran spesifik yang kita miliki sebagai hasil dari suatu pemahaman. Dalam arsitektur, suatu konsep mengidentifikasi bagaimana berbagai aspek persyaratan untuk suatu bangunan dapat dipersatukan dalam suatu pemikiran spesifik yang langsung mempengaruhi rancangan dan konfigurasinya.

Skenario konseptual meluaskan pernyataan konsep, dapat digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana semua gagasan dan persoalan penting yang dapat ditinggalkan dalam suatu pernyataan konsep yang lebih singkat dapat dipersatukan dalam satu pernyataan cerita yang panjang. Sekalipun bagian-bagian tiap skenario mungkin telah jelas ditetapkan dari sejak awal, skenario menggunakan pengertian-pengertian yang diperoleh selama proses perancangan untuk mempertalikannya bersama.


HIRARKI KONSEP

Suatu pemahaman tenatang hubungan hirarkis antara wawasan, gagasan, konsep, dan skenario konseptual menjadi landasan untuk mengembangkan suatu proses guna melahirkan konsep-konsep yang tepat untuk bangunan.

Dalam tahap-tahap awal suatu proyek, gagasan mempunyai kesempatan yang baik untuk dapat dipahami, terutama bila pikiran terbuka bagi pemikiran pembaharuan, tidak biasa, dan imajinatif, yang mungkin membantu memecahkan perancangan yang unik atau sulit dan persyaratan yang bersifat perencanaan. Sehingga kemiripan, kemungkinan interaksi, dan pengelompokan gagasan menjadi nyata. Pengamatan-pengamatan ini menciptakan dasar yang memberikan argumen terus-menerus untuk melakukan segala sesuatu.


LIMA JENIS KONSEP

1. Analogi (memperhatikan hal-hal lain)

Analogi adalah sarana yang paling sering digunakan untuk merumuskan konsep. Analogi mengidentifikasi hubungan harafiah yang mungkin di antara benda-benda. Sebuah benda diidentifikasi dan mempunyai semua sifat khas yang diinginkan, dan dengan demikian ia menjadi model untuk proyek yang ada.

2. Metafora (memperhatikan abtraksi-abtraksi)

Metafora, mengidentifikasi hubungan di antara benda-benda. Tetapi hubungan-hubungan ini lebih bersifat abstark dibanding nyata. Perumpamaan adalah metafora yang menggunakan kata-kata “seperti” atau “bagaikan” untuk mengungkapan suatu hubungan. Metafora dan perumpamaan mengidentifikasi pola hubungan sejajar sedangkan analogi mengidentifikasi hubungan harafiah yang mungkin.

3. Hakikat (memperhatikan di luar kebutuhan-kebutuhan program)

Hakikat menyaring dan memusatkan aspek-aspek persoalan yang lebih rumit menjadi keterangan-keterangan gamblang yang ringkas. Hakikat mengandung pengertian-pengertian ke dalam aspek yang paling penting dan intrinsik dari benda yang dianalisis. Suatu pernyataan tentang hakikat sesuatu juga dapat merupakan hasil penemuan dan identifikasi akar-akar suatu pokok persoalan.

4. Konsep programatik (memperhatikan syarat-syarat yang dinyatakan)

Tidak semua konsep menangkap hakikat suatu proyek, tidak pula semua konsep melambangkan fungsi semua kegiatan dalam suatu bangunan. Konsep dapat dikembangkan sekitar persoalan-persoalan yang lebih pragmatis yang sering dengan gamblang diidentifikasi dalam program bangunan.

5. Cita-cita (memperhatikan nilai-nilai umum)

Bila arsitek tidak memiliki cita-cita untuk acuan dan menggunakannya dalam konseptualisasi dan mengembangkan rancangan-rancangan mereka, tugas mereka akan lebih sulit.

Wawasan, gagasan, konsep, dan skenario merupakan suatu rangkaian kesatuan kontinum yang dapat menjadi dasar penting bagi arsitektur. Pencaharian akan konsep yang tepat dan penerapannya dapat membantu menciptakan arsitektur yang baik.